Ustadz Agus Miswanto, MA
(Ketua Majelis Tarjih dan
Tajdid PDM Kab Magelang)
Disampaikan
pada pengajian Ahad pagi PCM Kajoran pada 24 November 2019, di Masjid al-Jihad
SMP Muhammadiyah Sambak, Kajoran.
QS
al-Fath [48]: 28-29
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ
وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ
شَهِيدًا ﴿٢٨﴾مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ
عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم
مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٢٩﴾
Dialah
yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (28)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu
lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar. (29)
NABI MUHAMMAD SEBAGAI RASUL
Nabi
Muhammad SAW sebagai manusia biasa (QS al-Kahfi: 110) yang diutus bukan untuk
menjadi orang tua manusia (QS al-Ahzab), tetapi berfungsi sebagai utusan Allah
yang dibekali dengan mukjizat, petunjuk dan agama yang benar (QS al-fath [48]:
28, al-nisa: 78), untuk disampaikan kepeda seluruh umat manusia. Oleh karena
itu Nabi Muhammad sebagai rahmat seluruh alam semesta (QS al-Anbiya[]; 107,
Saba’[]: 28), yaitu mengasihi dan menyayangi semesta dengan memberikan kabar
gembira dan peringatan kepada manusia (QS al-Furqan: 56, Saba’: 28, Fatir: 24),
memberikan kesaksian yaitu pelaku sejarah sekaligus penilai dan pengoreksi
kehidupan manusia(QS al-Ahzab: 45, al-Fath: 8), mendidik, mengajar, mendakwahi
manusia (QS al-Syura: 48, Yusuf: 108), serta menjadi suri tauladan yang baik untuk
kehidupan manusia (QS al-Ahzab [33]: 21). Dan Nabi Muhammad berkedudukan sebagai
penutup para nabi, yang tidak ada nabi lain setelah kenabianya (QS al-Ahzab
[33]: 40). Serta dalam rangka untuk memenangkan agama Allah SWT atas semua
agama yang ada (QS al-Fath [48]: 28, al-taubah: 33, al-shaff: 9).
KEHIDUPAN
NABI DAN PARA SAHABAT
1)
Tegas
Kepada Kekafiran
Nabi
SAW dan para sahabat dikenal sebagai sosok yang tegas terhadap kekufuran (QS
al-fath [48]: 29). Nabi dan para sahabat tidak pernah berkompromi dalam
persoalan kekufuran dan keingakaran kepada Allah SWT. Al-Baghawi dalam tafsirnya
Maalim al-Tanzil, menceritakan bahwa suatu saat orang-orang Quraisy melakukan
negosiasi dengan Nabi SAW, yaitu mereka mengajak kompromi Nabi SAW untuk ikut
dalam penyembahan berhala mereka, dan mereka akan ikut ibadah kepada Allah SWT
secara bergantian. Tetapi Nabi SAW menolak dan kemudian turun wahyu Allah SWT,
QS al-Kafirun: 1—6. Dan suatu saat orang-orang quraisy melalui mediasi Abu
Thalib membujuk Nabi SAW untuk meninggalkan dakwah Islam dengan imbalan untuk
diangkat menjadi raja orang-orang quraish dengan diberikan harta serta wanita. Sekali
lagi Nabi SAW menolak tawaran tersebut, bahkan Nabi SAW bersumpah: “sekiranya
mereka dapat meletakan matahari di tangan saya, bulan di tangan kiri saya,
untuk meninggalkan agama ini, maka sungguh aku tidak akan pernah meninggalkannya
untuk selama-lamanya”.
Dari segi bahasa kufur berasal dari kata Arab: kufr,
yang berarti menutupi, atau menyembunyikan suatu kebaikan yang telah
diterima, dan atau tidak berterima kasih atas kebaikan yang
diterima. Sedangkan dari segi istilah kufur sering diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
menolak, menentang, mendustkan dan mengingkari kebenaran dari Allah yang disampaikan oleh rasul-Nya.
Dalam al-Qur’an, kata kufur mengacu kepada perbuatan yang ada hubungan
dengan Tuhan. Dengan demikian, sikap atau perbuatan yang termasuk
dalam kategori kufur ini, antara lain dapat diidentifikasi seperti:
a.
Mengingkari nikmat dan karunia Allah SWT dan tidak
berterima kasih kepada-Nya (QS al-Nahl: 55, al-Rum: 34).
b.
Lari dari tanggung jawab atau berlepas diri dari suatu
perbuatan (QS Ibrahim: 22)
c.
Pembangkangan atau penolakan terhadap hukum-hukum Allah
SWT (QS al-Maidah: 44).
d.
Meninggalkan amal salih yang diperintahkan Allah SWT (QS
ar-Rum: 44)
Lebih jauh, dalam al-qur’an terdapat beberapa kata yang
semakna dengan kata kufur, yaitu: Bagha
yang berarti melampaui batas (QS
al-Syura:27) (Batira yang berarti bermewah-mewah/bersenang-senang (QS
al-Qasas: 58),‘Ata yang berarti melampaui batas (QS al-Furqan: 21, at-talaq:
8, dan Al-A’raf: 166), Tagha
yang berarti kesesatan(QS al-Maidah:
64, 68, 69, dan 72, al-Kahfi: 80, al-Syams: 11-12, Yunus: 7-8 dan 11,
al-Nazi’at: 37-41 dan shad: 55-56). Istighna’
yang berarti merasa serba cukup (QS
al-‘Alaq: 6-7, dan al-Lail: 8-11) dan jabbar
yang berarti sewenang-wenang (QS
al-Mu’min: 35, QS Maryam: 12-14 dan 31 – 32).
2)
Lemah
Lembut Sesama Orang Beriman
Nabi SAW dan para sehabat menunjukan keteladanan dalam
membangun relasi persaudaraan antara orang-orang beriman, mereka saling mengokohkan,
menolong, dan kerjasama.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿التوبة:
١٢٨﴾
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul
dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. (QS al-taubah: 128)
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ
مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي
صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿الحشر:
٩﴾
Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung (QS al-Hasyr: 9)
3)
Amal
Ibadah yang berbekas
Secara
spiritual, amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang beriman menjadi penanda
pembeda antara yang beriman dan tidak beriman pada saat di dunia maupun
akhirat. Pada saat di dunia, wajah orang-orang beriman menunjukan kesejukan,
bahagia dan penuh persaudaraan. Sementara saat diakhirat, wajah oran beriman
bercahaya (QS al-Tahrim: 8, al-hadid: 12 dan 19), sementara wajah orang kafir
adalah gelap.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ
أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿آلعمران: ١٠٦﴾
pada hari yang di waktu
itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa
kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu itu". (QS Ali Imron: 106)
Nabi
dan para sahabat melakukan aktivitas amal ibadah dan dakwah hanya semata-mata
untuk mengharapkan ridha Allah SWT, bukan untuk membangun kebesaran diri,
keluarga, ataupun suku, tetapi untuk kebesaran dan kejayaan Islam. Dalam
gambaran QS al-Fath: 29 di atas, Islam yang dibawa nabi SAW diibaratkan sebagai
tanaman yang sedang tumbuh, berkembang, dan menjadi besar menjulang.
Tunas-tunas yang ditumbuh sebagai cabang dan ranting merupakan dakwah dari para
sahabat saling mengokohkan untuk tumbuhnya batang (Islam) yang kuat dan besar,
dimana menjadikan Islam sebagai agama yang dikagumi oleh banyak orang karena
kontribusi masing-masing sahabat yang tidak diragukan lagi. Yang pada akhirnya
Islam menjadi menang atas segala bentuk kepercayaan yang batil yang selama ini
menjadi pegagangan orang-orang kafir. Dalam ayat lain kehidupan orang Islam
yang saling menolong untuk agama Allah digambarkan seperti pohon yang baik,
tumbuh dengan penuh rindang dan akarnya kuat menghunjam ke bumi (QS Ibrahim: 24).
No comments:
Post a Comment