MAKRIFATUL MUSHIBAH: PENGERTIAN DAN RAGAM BENTUK MUSIBAH


Oleh:
Agus Miswanto, MA

A.     PENGERTIAN


Kata musibah, berasal dari bahasa Arab ashoba-yushibu-mushibatan, yang artinya menimpa, mengenai, atau mendapati. Yang dimaksudkan dengan musibah disini adalah mendapati suatu peristiwa yang tidak menyenangkan dan merugikan bagi kehidupan manusia. Dan manusia pada umumnya berusaha keras untuk menghindarinya.

Setiap manusia hampir pasti pernah mengalami musibah dalam kehidupanya walaupun derajatnya berbeda-beda antara satu dengan yang lain, seperti kehilangan harta/orang yang disayangi, sakit, bencana alama dan semisalnya. Dalam Islam musibah dipandang sebagai sunnatulllah, dimana Allah SWT melalui musibah yang ada hendak menguji kehidupan umat manusia, terutama orang-orang beriman. Dari musibah yang ada, dapat dilhat sejauhmana kebenaran iman seseorang, apakah imannya dapat teruji ataukah tidak.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ()الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ()أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ()
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS al-Baqarah[2]: 155 – 157)

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ()وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ()
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS al-Ankabut[]: 2 – 3)

B.     BENTUK-BENTUK MUSIBAH


1.        Ketakutan

Rasa takut merupakan bagian dari sifat atau karakter manusiawi manusia. Dengan adanya rasa takut, manusia akan memiliki kehati-hatian dan waspada terhadap berbagai hal yang mengancam jiwanya dan berusaha memproteksi dirinya dengan berbagai cara dan upaya dari setiap kondisi, situasi, ataupun prilaku yang membahayakan. Dan untuk mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkanya, manusia biasanya sudah mempunyai suatu pridiksi dan juga kalkulasi apa yang mungkin akan terjadi dan bagaiman konsekuensinya nanti. Hanya saja persoalanya, tidak semua persoalan dapat dipetakan dan dicarikan solusinya. Dan bahkan dalam kondisi-situasi tertentu, segala sesuatu yang sudah diperhitungkan secara matang, dapat saja berubah menjadi sebuah petaka yang tidak diinginkan.

Ketakutan yang dialami oleh manusia sangat beragam manifestasinya, mulai dari yang sangat ringan sampai dalam taraf yang sangat mencekam, yang dalam bahasa kerenya disebut paranoid. Dalam kondisi biasa rasa takut akan mudah hilang dan segera recovery. Tapi dalam kondisi yang sangat kalut dan mencekam, ketakutan tidak bisa serta merta dihilangkan, bahkan perlu waktu untuk kembali dalam dituasi normal. Seseorang yang mengalami ketakutan dalam situasi gawat dan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka akan berdampak sangat buruk bagi fisik dan juga kesehatan jiwa yang bersangkutan. Bahkan dalam taraf tertentu, seseorang akan mengalami efek traumatis, depresi mental, dan gannguan kejiwaan lainya.

2.       Kelaparan

Rasa lapar juga merupakan bagian dari sifat manusiawi manusia. Dalam keadaan biasa, lapar akan menumbuhkan semangat dan etos kerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup. Rasa lapar yang dimiliki oleh manusia sebenarnya memberikan suatu motivasi dan dinamika hidup di dunia ini.

Ketika rasa lapar manusia tidak terpenuhi kebutuhanya dalam waktu tertentu bahkan lama, maka saat itulah telah terjadi sebuah musibah. Kelaparan yang berkepanjangan menjadikan manusia, bahkan makhluk hidup lainya terjebak dalam tragedy bencana yang tidak pernah diinginkanya.

3.       Harta Berkurang dan hilang

Kehilangan harta merupakan salah satu musibah ujian dari Allah SWT kepada manusia yang sering kali membuat orang bersedih bahkan berduka yang sangat dalam. Kehilangan harta benda dapat terjadi kepada siapa saja dan kapan saja, dengan melalui beragam cara, seperti kemalingan, kelupaan, tertinggal disuatu tempat, kebakaran, ditipu orang, bankrupt usaha dan sebagainya. 

4.       Kehilangan jiwa

Kehilangan sanak keluarga sesungguhnya merupakan bagian dari kehidupan alamiah manusia.  Hanya saja, kehilangan orang-orang yang dicintainya mejadikan manusia seringkali kalut dan bersedih. Bahkan banyak orang yang ditinggal orang-orang yang dicintainya menjadi salah arah dan berlarut dalam menerima musibah tersebut.

5.       Perang dan Kerusuhan

Perang dan kerusuhan merupakan musibah yang berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Peristiwa peperangan sering kali banyak menimbulkan korban kematian yang tak terelakan bagi manusia.

6.       Bencana Alam

Bencana alam yang terjadi dibanyak tempat, banyak menimbulkan korban jiwa, kehilangan harta benda bagi manusia. Beragam bencana kemungkinan terjadi yang harus dihadapi manusia, misalnya gempa bumi, tsunami, banjir, badai, dsb.

7.       Wabah Penyakit

Wabah penyakit juga sangat sering dialami manusia, dan banyak menimbulkan korban jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

CD Al-Qur’an Al-Karim

CD Mausu’ah al-Ahadits as-Syarifah “Al-Kutub at-Tis’ah”.

Faridduddin al-Attar, (diedit ulang oleh A.J Arbery), Warisan Para Auliya’, alih bahasa Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka Salman, 1983.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.

Ahmad Baghlabah, Prilaku yang Dapat Memperpanjang Umur dan merubah Takdir, alih bahasa Muzammal Noer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.


No comments: