Ustdaz Agus
Miswanto, MA
Disampaikan pada Kajian
Ahad Pagi PCM Kajoran di Masjid al-Jihad SMP Muhammadiyah Sambak, Kajorang, pada Ahad, 3
November 2019
QS Al-Baqarah [2]: 168-169
dan 172-173
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿١٦٨﴾ إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ
وَالْفَحْشَاءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿١٦٩﴾ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا
لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ﴿١٧٢﴾ إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ
الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ
فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٧٣﴾
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu. (168) Sesungguhnya syaitan
itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui. (169) Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah. (172)
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (173)
Pengertian
Istilah
makanan di dalam Al-Qur’an digunakan dalam berbagai istilah, at-tha’am,
al-ma’idah, as-syarab, dan al-akl. Istilah at-tha’am (makanan) dalam bahasa
al-Qur’an adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi. Sehingga minuman
pun masuk dalam pengertian at-tha’am (makanan). Disamping kata at-tha’am, kata
as-syarab juga digunakan oleh al-Qur’an yang pengertianya merujuk pada sesuatu
yang diminum. Sementara kata akala juga
digunakan oleh al-qur’an untuk merujuk pada pengertian proses makan. Selain itu, al-Qur’an menggunakan kata
al-maidah untuk menyebut hidangan makanan. Bahkan ungkapan tersebut digunakan
untuk menamai salah satu surat dalam al-Qur’an, yaitu surat al-Maidah.
Prinsip-Prinsip
Makan Dan Minum
1) Prinsip
Halal Dan Thayyib
Alquran
mengajarkan prinsip halal dan thayyib dalam prilaku konsumsi. Halal terkait dengan
status hukum barang yang kita konsumsi, yaitu secara hukum adalah legal tidak
dilarang oleh syariat. Sementara thayyib dalah terkait dengan nilai, kualitas
dan gizi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Sehingga ada makanan
yang memang layak untuk dikonsumsi karena kandungan nutrisi dan gizi yang baik
untuk support kehidupan kita. Dan ada juga makanan yang tidak layak untuk
dikonsumsi karena tidak memberikan support kehidupan, bahkan justru dapat
berdampak membahayakan pada kesehatan.
فَكُلُوا
مِمَّأ رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ إِن
كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Makan
kamulah rezeki yang dianugerahkan Allah kepadamu yang halal lagi thayyib,
bersyukurlah kamu atas nikmat Allah, jika kamu menyembahNya. (QS An-Nahal: 114):
يَآأَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي
بِمَاتَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Wahai
para Rasul, makan kamulah makanan yang thayyib dan lakukanlah amal sholih.
Sesungguhnya Aku mengatahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mukminun: 51)
يَسْئَلُونَكَ
مَاذَآأُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ
الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِّمَّا عَلَّمَكُمُ اللهُ فَكُلُوا
مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللهَ
إِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Mereka
menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah,
“Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan buruan yang ditangkap oleh binatang buas
yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu. Kamu mengajarnya menurut
apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang
ditangkapnya untukmu. Dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu
melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat
hisabnya”. (QS Al- Maidah [5]: 4.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَآأَحَلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَ
تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً
طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي أَنتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Wahai
orang yang beriman, janganlah kamu haramkan yang baik-baik yang telah
dihalalkan Allah bagi kamu. Janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi
baik dari apa yang telah Allah rezekikan kepadamu. Bertaqwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepadaNya (QS al-Maidah: 87-88)
كُلُوا
مِن طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاكُمْ وَلاَتَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ
غَضَبِي وَمَن يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى
Makanlah
di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepadamu dan janganlah
melampaui batas padanya yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barang
siapa yang ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binalah ia”. (QS. Thaha:
81).
قُلْ
مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللهِ الَّتِى أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ
الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah,
siapakah yang mengharamkan perhiasan yang indah – indah (yang diciptakan) Allah
untuk hamba – hambaNya dan siapa pula yang mengharamkan barang – barang yang
baik”. (QS Al-A’raf: 32)
Dalam
ayat lain difirmankan, “Hai
orang – orang yang beriman janganlah kamu mengharamkan barang – barang yang
baik yang telah dihalalkan bagimu, janganlah kamu melampaui batas”. (QS 5:87)
2) Prinsip
Tidak haram
Islam melarang
kaum muslimin mengkonsumsi makanan yang haram dan keji (kotor). Allah SWT
mensifat makanan yang buruk dengan ungkapan rijsun (kotor), khabaits
(menjijikan), dan dharar (membahayakan). Yang termasuk dalam hal ini adalah minuman/makanan
yang memabukkan, beracun, kotoran yang dapat merusak kesehatan. Disamping
merusakan kesehatan, kakanan haram berdampak buruk bagi keimanan dan akhlak, karena
dia telah menjadi teman syetan yang merupakan musuh utama umat manusia. Sebaliknya
makanan halal akan berdamak kepada kebaikan iman seseorang
وَيُحِلُّ
لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“Dia
menghalalkan bagi mereka segala sesuatu yang baik dan mengharamkan segala yang
keji (kotor).” (QS. Al-A’raf: 157)
3) Prinsip
Tidak berlebihan
Alquran
mengingatkan agar manusia tidak tenggelam dalam kehidupan yang materialistis
dan hedonistis, dengan tidak berbuat boros dan berlebih-lebihan. Karena perbuatan
ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Seseorang yang belanja dengan israf, tanpa
skala prioritas (maslahah), sehingga lebih besar pengeluarnya dari
penghasilannya akan membuahkan bencana yaitu akan mencelakakan dirinya dan
rumah tangganya. Dia akan terjerat hutang yang berkepanjangan atau kesulitan
hidup masa depan.
وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ .قُلْ مَنْ
حَرَّمَ زِينَةَ اللهِ الَّتِى أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ
الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Makan
dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS 7:31)
عن
عبد الله بن عمرو بن العاص, قال رسول الله صعلم:كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَ تَصَدَّقُوْا
وَ اْلبَسُوْا فِي غَيْرِ محِيْلَةٍ وَلاَ
سَرَفٍ فَاِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
”Makanlah
kamu dan minumlah kamu, bersedeqahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak
dengan sombong dan berlebih-lebihan, karena Allah amat suka melihat bekas
nikmatnya pada hamba-hambaNya.(HR Ahmad dan al-Nasa’i)
عن
أبي هريرة أن رسول الله ص.م قال:يقول العبد :مَاليِ مَاليِ وَ اِنَّمَا لَهُ مِنْ
مَالِهِ ثَلاَثٌ :مَا أَكَلَ فَأَفْنَى اَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَأَقْنَى
وَمَا سِوَا ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ -رواه مسلم
Dari
Abiu Hurairah bahwa Nabi Muhamad Saw bersabda, “Seorang hamba akan berkata,
“hartaku! hartaku!”. Padahal yanhg menjadi miliknya hanya tiga hal saja, yaitu,
Apa yang dimakan, kemudian habis, Apa yang dipakai, kemudian hancur, dan Apa
yang disodaqahkan kemudian kekal. Selain yang tiga perkara tersebut akan hilang
dan ditanggalkan untuk manusia. (H.R.Muslim)
Ayat
dan hadis di atas menganjurkan makan makanan yang enak, halal, bermanfaat dan
bergizi, serta mengizinkan minum apapun selama tidak menimbulkan dan tidak
merusak badan dan jiwa. Dalam ayat dan hadis ini secara eksplisit Allah
memerintahkan makan dan minum secara wajar, tidak berlebihan atau melampaui
batas. Berlebih-lebihan atau melampaui
batas sangat dicela oleh Islam. Prilaku kesederhanaan merupakan akhlak yang
mulia dan terpuji di sisi Allah SWT.
4) Prinsip
Tidak Tabzir
Nikmat
yang Allah SWT anugerahkan kepada kita, merupakan titipan (amanah) sehingga
harus dijaga dengan baik. Oleh karena itu dalam hal pemanfaatan makanan jangan
pernah untuk menyia-nyiakan makanan yang ada. Orang di dunia ini masih banyak
yang kekurangan makanan, bahkan mengalami kelaparan karena kurangnya pasokan
dan tersedianya bahan makanan yang ada. Kelebihan makanan yang ada pada kita,
tidak berarti diperkenankan untuk menghamburkan nikmat yang ada.
وَلَا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ﴿٢٦﴾ إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا ﴿الإسراء: ٢٧﴾
Janganlah
menghambu-hamburkan harta (menyia-nyiakan), sebab orang-orang yang
menghambur-hamburkan harta secara berlebihan (boros) adalah saudara- saudara
setan. Mereka menerima godaan manakala setan-setan memperdaya mereka agar
terjerumus dalam kerusakan dan membelanjakan harta secara tidak benar.
Kebiasaan setan adalah selalu kufur terhadap nikmat Tuhan. Demikian pula
kawannya, akan sama seperti sifat setan (QS al-Isra: 27).
5) Prinsip
Spiritual: Bersyukur
Prinsip
akhlak (moralitas) dalam konsumsi bermakna bahwa tujuan konsumsi adalah untuk
peningkatan nilai – nilai moral dan spiritual, bukan hanya untuk kelangsungan
hidup dan perwujudan kesehatan dan kesenangan duniawi semata. Allah mengajarkan
kepada manusia untuk bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada
kita. Prinsip moralitas juga terlihat dari ajaran Islam yang menganjurkan agar
menyebut nama Allah sebelum makan dan minum dan mengucapkan alhamdulillah
setelah mengkonsumsinya, demikian pula dalam berpakaian, naik kendaraan, dan
sebagainya. Hal tersebut, akan membimbing seorang Muslim merasakan kehadiran
Ilahi pada saat menikmati berkah rizki dari Allah SWT.
Wa Allah a’lam bi al-shawab
No comments:
Post a Comment