1) Jin
Secara etimologis kata al-Jin berasal dari kata janna artinya bersembunyi, tertutup, tidak dikenal (ghair al-ma’hud), tidak terlihat (ghair al-mar’iy). Dinamai al-jin karena tersembunyi dari pandangan manusia. Kata lain yang berasal dari kata janna adalah junnah, artinya perisai, dinamai demikian karena menyembuyikan kepala prajurit yang memakainya; jannah artimya surga atau taman, dinamai demikian taman tersembunyi oleh pohon-pohon rindang; janin artinya jabang bayi, dinamai demikian karena tersembunyi di dalam perut ibu.
Secara terminologis, Jin adalah sebangsa makhluk ghaib (makhluk ruhani, makhluk halus) yang tidak dapat ditangkap oleh indra biasa. Makhluk ini dapat melihat manusia, tetapi sebaliknya manusia tidak dapat melihat mereka dalam bentuk aslinya (QS al-A’raf (7): 27).
Gambaran mengenai jinn dilukiskan al-qur’an dalam beberapa ayat, yaitu jin diciptakan oleh Allah dari api sebelum penciptaan Adam (QS Al-Hijr (15): 26-27, Ar-Rahman (55): 15). Jin memiliki keluarga dan keturunan (QS al-Kahfi (18): 50), dan tugas jin adalah untuk beribadah kepada Allah (QS al-zariyat (51): 56) dengan mengerjakan syari’at agama sebagaimana halnya manusia, sedangkan rasul yang mereka ikuti adalah rasul dari manusia (QS. Al-An’am (6): 130, ar-rahman (55): 31-34, al-Ahqaf (46): 30). Bangsa jin juga ada yang patuh (muslim) dan ada yang durhaka (kafir) kepada Allah swt (QS. Al-Jin (72): 11, 14-15). Ringkasnya jin adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah dari api, mukallaf seperti manusia, diantara mereka ada yang patuh dan ada yang durhaka. Dan yang durhaka pertama kali adalah Iblis dan anak cucunya disebut dengan Jin.
2) Iblis
Sementara kata Iblis menurut sebagaian ahli bahasa berasal dari ablasa yang artinya putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah swt. Tatkala Allah swt memerintahkan kepada bangsa Jin untuk sujud kepada Adam bersama dengan para Malaikat, salah satu dari mereka menentang, yang kemudian dikenal dengan jin kafir atau juga Iblis (QS. Al-Baqarah (2): 34, Al-kahfi (18): 50). Namanya disebut sebanyak sebelas kali di dalam al-Qur’an. Sembilan kali di sekitar penciptaan Adam (QS al-Baqarah (2): 34, al-A’raf(7): 11, Ibrahim (15): 31, 32, al-Isra’ (17): 61, al-Kahfi (18): 50, Thaha (20): 116, Shad (38): 74, 75. Satu kali tentang pernyataan Allah bahwa bala tentaranya masuk neraka (QS al-Syura(26): 95), dan satu lagi tentang banyaknya simpatisan dan pengikut Iblis (QS Saba’ (34): 20, 21). Iblis inilah nenek moyang seluruh Syetan, yang seluruhnya selalu durhaka kepada Allah swt dan bertekad untuk menggoda umat manusia (anak cucu adam) mengikuti langkah mereka menentang Allah swt.
3) Syaitan
Terma syetan (diindonesiakan dengan setan) di dalam al-Qura’n terangkum dalam kata as-Syaithan (mufrad, tunggal), as-Syayathin (jamak, plural) dan syayathinihim (dalam bentuk idafah) tercantum sebanyak 68 kali, antara lain: QS 2: 36, 208, 267; QS 3: 175; QS 4: 76, 83, 120; QS 5: 90; QS 6: 43, 68, 142; QS 7:20, 27, 200; QS 8: 11, 48, ; QS 12: 42; QS 15: 17; QS 16: 63; QS 17: 27, 53; QS 22: 52; QS 25: 29; QS 37: 7; QS 38: 41; QS 41: 36; QS 43: 36; QS 47: 25; QS 58: 19; QS 59: 16, dengan persamaan bentuk dan perubahan kata-katanya sebanyak 88 kali. Asy-syaitan berasal dari kata syatana-yasytunu-syatnan menurut bahasa berarti menyalahi dan menjauhi, dan secara khusus al-Syaithan berarti ‘ruh syirr’ “kekuatan jahat” karena ia jauh dari kebaikan (al-khair) dan kebenaran (al-haqq).
Al-qur’an menyatakan bahwa syetan adalah tandingan manusia (QS 2: 168, 208; 7: 22; 12: 5 dll), berarti bahwa manusia adalah tujuan syetan, karenanya ada kemungkinan dapat ditaklukan atau menaklukanya. Manusia bisa bersahabat bahkan berintegrasi dengan syetan yang terwujud dalam penyimpangan yang dilakukan oleh manusia tersebut. Tapi juga manusia bisa beraliansi bahkan wajib bertempur dengan syetan (QS 35: 6).
Dalam pengertian luas, syetan dapat diartikan dengan setiap makhluk yang durhaka dan tidak mau taat kepada Allah, baik dari golongan jin maupun manusia. Syetan juga berarti “kekuatan-kekuatan jahat” baik yang datang dari jin sebagai makhluk halus, maupun yang datang dari kelemahan manusia (QS 6: 112, 41: 29, 114: 6), yang senantiasa menggoda seluruh bidang kehidupan manusia. Syetan pada hakekatnya tidaklah kuat selama manusia sebagai obyek godaan punya keberanian moral dan kewaspadaan dalam menandinginya.
B. Mengenal Langkah-Langkah Dan Golongan Syetan
Al-Quran mengingatkan agar manusia jangan mengikuti langkah-langkah syetan (QS 2: 168, 208; 24: 21), meskipun manusia dapat bahkan banyak terperosok ke dalamnya. Ini mengindikasikan bahw syetan tidak punya kekuasaan memaksa manusia, melainkan hanya semata merayu. Karenanya agar manusia tidak terperosok dalam rayuan dan langkah syetan dan mengerahkan segala kekuatan untuk menghadapi tipu daya dan bujuk rayunya. Adanya perintah untuk berlindung kepada Allah (isti’azah bi Allah) yang terulang sebanyak 11 kali menunjukan perlunya ekstra hati-hati dalam mengenal dan menghadapi syetan.
Percaya akan adanya syetan merupakan bagian dari keyakinan akan adanya makhluk ghaib, yang tidak bisa dilihat secara nyata. Namun, sesuai dengan keberadaan mereka, seperti juga malaikat, harus juga dipercayai adanya. Berbeda dengan malaikat yang dipercayai dan diikuti, syetan dipercayai untuk dihindari, karena mereka merupakan musuh utama manusia. Permusuhan manusia dengan syetan bermula ketika terjadi dialog Tuhan, Adam dan Jin, seperti yang digambarkan dalam QS al-baqarah: 30. Dalam dialog ini Jin tidak mau mengikuti perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, sebagai awal dari pembangkangan jin (yang kemudian menjadi syetan). Sebagai resiko pembangkangan ini syetan memperoleh kutukan Tuhan dan akan kekal di dalam api neraka. Sebagai kemudahan dari Tuhan, syetan diberi kuasa menggoda manusia selama di dunia, sebagai upaya syetan memperoleh teman di dalam neraka, dan sejak inilah permusuhan berkepanjangan dimulai. Di dalam upaya menggoda manusia, syetan bertindak secara langsung dengan memasuki jasad manusia, dan bisa juga secara tidak langsung, dengan menggunakan manusia lain untuk menggoda sesama manusia.
Beroposisi dengan syetan berarti manusia harus senantiasa waspada akan bujuk rayunya yang licin dan menggelincirkan, dengan jalan berlindung kepada Allah, dengan mengenal dan menghindar sekuat tenaga dari langkah-langkah syetan. Sungguh syetan lemah di hadapan orang yang konsisten (istiqamah) di jalan Allah swt. Berikut ini adalah penjelasan tentang langkah-langkah syetan yang perlu diwaspadai, yaitu:
1) Penyesatan
Bisikan (Waswasah). Syaitan membisikan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk melakukan kejahatan ke dalam hati manusia. Bisikan itu dilakukan dengan cara yang sangat halus sehingga manusia tidak menyadarinya. Oleh sebab itu Allah swt memerintahkan kita untuk meminta perlindungan kepada-Nya dari bisikan syaitan tersebut (QS An-Nas (114): 1-6).
Lupa (Nisyan). Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tetapi syaitan berusaha membuat manusia lupa dengan Allah swt, atau paling kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi kesalahan atau menghindari tanggung jawab (QS Al-An’am (6): 68).
Angan-angan (Tamani). Syaitan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan yang mustahil terjadi dan dengan angan-angan kosong (QS An-Nisa’ (4): 119), Allah mengingatkan kita akan tekad syaitan untuk membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia (QS An-Nisa (4): 120).
Memandang Baik Perbuatan Maksiat (Tazyin): Syaitan berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga yang batil kelihatan terpuji dan sebagainya. “Iblis berkata: ya Tuhanku, oleh sebab engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. (QS al-Hijr (15): 39-40).
Janji Palsu (Wa’dun): Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan mereka peroleh jika mau menuruti ajakanya. Di akhirat nanti syaitan mengakui bahwa janji-janji yang diberikanya kepada manusia dahulu di dunia adalah janji-janji palsu yang dia pasti tidak mampu menepatinya (QS Ibrahim (14): 22).
Tipu daya (Kaidun): Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat manusia. Akan tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak akan ada pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt (QS an-Nisa’(4): 76).
Hambatan (Shaddun): Syaitan berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan perintah allah swt dengan menggunakn segala macam hambatan. Allah swt mengisahkan dalam QS an-naml bahwa burung Hud-hud melaporkan kepada Nabi sulaiman tentang Ratu Saba dan rakyatnya yang telah dihalangi oleh syaitan dari jalan Allah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk: “Aku mendapati dia dan kaumnya menyebah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS An-Naml (27): 24)
Permusuhan (Adawah): Syaitan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesama manusia, karena dengan permusuhan itu manusia akan lupa diri dan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh allah untuk membinasakan musuh-musuhnya. Salah satu sebab allah swt melarang minum khamar dan judi adalah karena dengan dua perbuatan itu syaitan akan menimbulkan permusuhan dan saling membenci (QS al-Maidah (5): 91).
2)Menakut-Nakuti
Upaya syetan untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran tidak saja dengan tadhliltakhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud di sini bukanlah takut tabi’I (alami) seperti takutnya seseorang diterkam binatang buas di hutan belantara. Tetapi takut yang dihadirkan syetan ini adalah takut menyatakan kebenaran, takut mengakan hukum Allah, takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir dengan segala resiko dan kosekuensinya. Mislanya, resiko jatuh miskin, kehilangan jabatan, masuk penjara dan lain sebagainya. Allah menyatakan bahwa syetan akan selalu menakut-nakuti manusia pengikutnya: (penyesatan) seperti di atas, akan tetapi juga dengan cara
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(175)
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti pengikut-pengikutnya, oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS ali Imron (3): 175)
bagi orang-orang yang imannya kuat justru semakin ditakut-takuti semakin bertambah semangatnya, makin bertambah imannya. Bagi mereka cukuplah allah yang menjadi jaminan dan menjadi penolong.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ(173)
“(Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imron: 173)
Tadhlil dan takhwif tidak hanya dilakukan oleh syetan, tetapi juga oleh manusia para pengikut syetan (sayatinul-insi). Bahkan syayatinul insi lebih berbahaya dari syetan yang sebenarnya, karena manusia pengikut syetan memiliki sarana dan prasarana untuk mewujudkan keinginan, cita-cita syetan secara konkrit. Allah swt berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ(112)
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS Al-An’am(6): 112)
Usaha-Usaha Melawan Syaitan
1. Banyak Berdo'a dan Mendekatkan diri kepada Allah
2. Menjauhi maksiat dan perbuatan munkar
3. Melakukan usaha-usaha penangkalan dengan banyak amal dan perbuatan baik yang nyata
4. Banyak melakukan silaturahmi
5. Dekat dengan dengan orang-orang shalih
No comments:
Post a Comment