Oleh:
Agus Miswanto, MA
Penyatuan kalender Islam International adalah realitas yang masih menjadi kegundahan dan juga PR yang harus diselesaikan oleh para saintis Muslim. Pertentangan dan juga fenomena clash sering kali mucul dan melibatkan massa ditengah hiruk pikuk perayaan keagamaan karena faktor kalender yang berbeda. Perayaan keagamaan yang seharusnya menjadi cermin kedewasaan spiritual seseorang, sering kali dinodai oleh berbagai pertentangan yang tidak kunjung selesai. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk merintis dialog, simposium, seminar, research, dan juga konfrensi dalam rangka penyatuan kalender Islam international memberikan titik cerah bagi perubahan paradigma tidak saja di lingkungan Muhammadiyah tapi juga kelompok-kelompok Islam lain yang mempunyai paradigma berbeda.
Ketidakseragaman kalender Islam selama ini sebenarnya terletak pada pemahaman yang bersifat teknis(furu'), dan bukan persoalan fundamental (ushul). Kalau persoalan ushuliah tidak bisa dikompromikan adalah wajar, dan memang harus begitu, tetapi kalau persoalan teknis (furu') tidak bisa dikompromikan dan dicarikan jalan keluar itu yang mungkin luar biasa, dan di luar kebiasaan. Pemahaman yang kurang tepat dan juga kurang dewasa dalam persoalan teknis (furu') bisa berefek yang cukup merepotkan bagi tegaknya ukhuwah islamiah. Dan sering kali menjadi lelucon dan juga olok-olok intelectual. Persoalan teknis perhitungan seharusnya bisa diselesaikan lewat pencandraan teknologi yang semakin bergerak maju dan terus berevolusi ke arah penyempurnaan. Revolusi teknologi informasi dan juga lensa dewasa ini bisa memberikan informasi dengan akurasi yang sangat tinggi dalam pemetaan perhitungan astronomi dan juga perjalanan waktu. Persoalanya adalah kebanyakan umat Islam belum familiar bersentuhan dengan teknologi apalagi terlibat dalam research penemuan-penemuan teknologi astromomi untuk kepentingan umat jangka panjang. Umat Islam masih berfikir cara lama berorientasi fiqh an-sich, yang seharusnya bergerak maju menuju penguasaan teknologi yang memadai dalam bidang astronomi. Kalau para pemimpin umat menyadari persoalan tersebut, mereka tidak seharusnya terlalu kekeh dengan pendapat lama yang masih terus dipertahankan dan dilestarikan. Kalau perubahan paradigma bisa terjadi dikalangan umat, lebih khusus lagi di kalangan intelektual Islam, maka ke depan umat akan semakin banyak menjadi pecinta, bahkan penemu di bidang teknologi Astronmi. Karena astronomi adalah kebutuhan vital untuk penunjang tegaknya bangunan ibadah dalam Islam. Dunia pesantren tidak lagi monoton dalam kajian kitab kuning, tapi para thulab dikenalkan dan juga dimotivasi untuk menjadi Astronom2 baru dan menghasilkan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi astronomi. Dengan demikian, Umat Islam tidak hanya menjadi pecundang dalam teknologi astronomi, dan tidak mau tahu dengan itu, bahkan mungkin menjadi korban konflik keagamaan karena tidak mengerti tentang masalah teknologi yang seharusnya bisa menjadi alat yang bisa mencerahkan dan mencerdaskan.
Ide penyatuan kalender Islam international kalau bisa terealisasi sungguh sangat luar biasa bagi perubahan global umat Islam. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan:
1. Kesatuan kalender Islam International secara phsikologis akan memberikan rasa kesatuan dan keutuhan umat dalam beribadah. Mereka akan merasa bersama-sama dalam mengawali dan juga mengakhiri suatu ibadah dengan saudara-saudaranya yang lain. Mereke tidak lagi meresa sebagai kelompok yang berbeda, atau dibedakan dengan yang lain. Kesadaran batin yang semacam ini, akan berdampak yang luar biasa bagi kenyamanan dan ketentraman seseorang dalam menikmati keberagamaanya.
2. Kesatuan kalender international akan berdampak yang sangat luar biasa bagi ukhuwah umat Islam, tidak saja dalam satu negara tapi juga antar negara. Karena Umat Islam bisa menyampaikan selamat lebaran/hari raya dalam hari yang sama, tidak berbeda hari dengan yang lainnya.
3. Kesatuan kalender international akan menhilangkan konflik yang selama ini sering terjadi di kalangan umat Islam. Umat Islam tidak lagi berfikir berbeda dan tidak lagi berfikir tentang klaim kebenaran yang juga selama ini sering muncul dan menimbulkan prasngka dan permusuhan di kalangan umat Islam.
4. Kesatuan kalender International akan menghemat banyak energi umat yang sebelumnya digunakan untuk hal-hal yang sekedar pembelaan dan justifikasi perbedaan pendapat yang ada. Energi umat akan termanfaatkan untuk hal-hal lain yang lebih menguntungkan dan bernilai positive bagi pembangunan dan peradaban umat.
Sebagai kesimpulan dan penutup tulisan ini, saya berharap dan bermimpi bahwa Pusat Studi Falak Muhammadiyah kedepan menjadi suatu ikon dan leader dalam proyek-proyek penyatuan kalender islam International. Suatu tugas dan tanggunga jawab yang sangat mulia, dan peradaban umat pada masa yang akan datang. Wallah 'alamu bis-shawab
No comments:
Post a Comment