MAKRIFATUL KITAB: AL-QUR’AN SEBAGAI KITAB ALLAH YANG TERAKHIR


Oleh:
Agus Miswanto, MA



1)     Keutuhan Dan Keaslian al-Qur’an
Berbeda dengan kitab-kitan sebelumnya, al-qur’an terjamin keutuhanya dan keaslinya hingga sampai akhir zaman. Ini dapat dibuktikan dari usaha-usaha rasulullah, para sahabat nabi,seluruh umat muslim berusaha secara serius untk menjaga otentisitas wahyu al-Qur’an. Berikut keterangan berikut ini:


a.     Rasulullah saw sebagai seorang ummi berusaha menghafal ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan Allah swt lewat malaikat Jibril.

b.      Setiap rasulullah saw selesai menerima ayat-ayat yang diwahyuka, beliau membacakanya kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk menghafal dan kepada para sahabat tertentu diperintahkan oleh rasulullah untuk menuliskanya di sarana-sarana yang memungkinkan waktu itu seperti, pelepah kurma, kulit binatang, lontar, tulang-tulang binatang, batu dan sebainya.

c.       Pada masa Abu bakr as-shidiq, atas anjuran umar bin khatab, al-qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf oleh panitia tunggal yaitu zaid bin Tsabit dengan berpedoman kepada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunjuk rasulullah saw sebelumnya, tetapi surat demi surat belum lagi diurutkan sesuai dengan petunjuk rasulullah saw.

2)     Fungsi Al-Qur’an Terhadap Kitab-Kitab Sebelumnya

a.       Nasikh (Penghapus, Pengganti)
Artinya al-qur’an berfungsi menghapus dan menggantikan kitab-kitab yang ada sebelumnya. Semua kitab terdahulu dinyatakan tidak berlaku, dan satu-satunya yang wajib diikuti dan dilaksanakan petunjuknya hanyalah kitab suci al-Qur’an. Dalil yang paling kuat menunjukan bahwa al-Qur’an adalah nasikh terhadap kitab-kitab suci sebelumnya adalah perintah Allah terhadap nabi Muhammad saw untuk memberlakukan al-Qur’an terhadap seluruh umat manusia termasuk para ahlul kitab. Firman Allah swt:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ`
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (QS al-Maidah (5): 48)

Posisi al-qur’an sebagi nasikh terhadap kitab-kitab sebelumnya karena disebabkan oleh (1) kitab-kitab suci terdahulu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti waktu diturunkan, (2) karena kitab-kitab suci tersebut berlaku khusus untuk umat dan masa tertentu saja, (3) al-qur’an sebagai kitab suci terakhir kandungan ajaran sangat mencakup dan juga bersifat universal.

b.       Muhaimin (batu Ujian) terhadap kebenaran kitab-kitab yang sebelumnya
Posisi al-qur’an sebagai muhaimin artinya al-qur’an lah yang jadi korektor terhadap perubahan-perubahan, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya. Dengan demikian al-Qur’anlah satu-satunyayang dijadikan pegangan. Apa yang dibenarkan dan ditetapkan oleh al-Qur’an itulah yang benar dan harus diikuti. Dan jika terdapat perbedaan atau pertentangan antara al-Qur’an dengan isi kitab-kitab sebelumnya maka al-Qur’an lah yang benar dan diikti, karena seperti dijelaskan oleh Allah sendiri kitab-kitab suci sebelumnya tidak bebas dari pemalsuan dan penambahan atau pengurangan dalam perjalanan sejarahnya.

c.        Mushadiq (Menguatkan kebenaran-kebenaran) pada Kitab sebelumnya
Artinya al-Qur’an juga membenarkan atau menguatkan kebenaran-kebenaran yang kabarkan dalam kitab-kitab terdahulu. Seperti misalnya berita tentang kedatangan Nabi dan rasul yang terakhir yang terdapat dalam KitabTaurat dan Injil dibenarkan oleh al-Qur’an dengan kedatangan Nabi Muhammad saw.

3)         Keistimewaan Al-Quran
Sebagai kitab allah yang terakhir, al-qur’an mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain sebagai berikut:

a.       Berlaku umum untuk seluruh umat manusia
Hal ini parallel dengan risalah nabi Muhammad saw yang ditujukan untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Allah berfirman:

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا`
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (QS al-Furqan (25): 1)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ`
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS Saba’ (34): 28)

b.     Ajaran al-Qur’an Mencakup (Syumuliyah)
Artinya bahwa ajaran al-Qur’an seluruh aspek kehidupan, seperti ekonomi, hukum, budaya, politik, seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Serta mencakup seluruh ruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan pribadi,keluarga, bermasyarakat, bernegara, dan dunia internasional. Allah berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ`
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS Al-An’am (6): 38)

c.    Mendapat Jaminan pemeliharaan dari Allah swt dari segala bentuk penambahan, pengurangan, dan pemalsuan. Firman Allah:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ`
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS al-Hijr (15): 9).

Realitas sejarah menunjukan, bahwa perjalanan al-Qur’an dalam lima belas abad ini memperlihatkan keagungan al-Qur’an sebagai kitab suci yang terjaga dari berbagai pemalsuan, penguarangan atau penambahan. Dan otentisitas al-Qur’an sampai saat ini tidak ada yang menyamainya dari kitab suci manapun. Telah banyak studi yang dilakukan oleh para pakar, baik dari kalangan Islam maupun dari non-Islam.

d.      Mudah dipahami, dihafal dan diamalkan.
Realitas sejarah menunjukan bahwa al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang menarik minat banyak orang untuk menghafalnya di luar kepela mereka. Tradisi oral dalam bentuk penghafalan secara masal ini, berkembang seiring dengan berkembangnya Islam pada masa-masa awal Islam hingga sampai saat ini. Tradisi ini bukan saja berkembang dalam lingkungan akademik yang bersifat terbatas akan tetapi telah menjadi bagian dalam budaya masal Islam. Karena penghafalan al-Qur’an merupakan bagian dari kewajiban agama. Sehingga setiap muslim dituntut untuk melakukanya dan menerapkanya dalam kehidupan mereka.  Sehingga tradisi oral di kalangan masyarakat muslim untuk penghafalan kitab suci, merupakan fenomena satu-satunya dalam tradisi-tradisi agama-agama yang ada di dunia ini. Sampai saat ini, tradisi ini telah melahirkan beragam gelar bagi orang yang terlibat secara intens dalam pembacaan dan penghafalan al-Qur’an. Qari’ atau qari’ah atau juga dikenal dengan ahlul qira’at adalah gelar untuk mereka yang ahli dan pakar dalam bidang pembacaan al-Qur’an. Sementara hafizh atau hafizhah merupakan gelar untuk mereka yang berhasil menghafal al-qur’an sebanyak 30 juz dan menjaganya sepanjang hidup mereka.

Disampaing, tradisi oral dalam bentuk pembacaan dan penghafalan al-Qur’an, otentisitas al-Qur’an terpelihara sampai saat ini karena upaya-upaya pemahaman dan pendalaman kandungan al-Qur’an yang dilakukan oleh masyarakat muslim begitu besar. Sehingga tradisi ini telah mewariskan kepada generasi-generasi berkutnya sebuah warisan yang sangat kaya dan tersebar luas dalam beragam bentuk keilmuan. Sampai saat ini warisan tersebut masih terjaga dalam beragam buku dan kitab yang jumlahnya ratusan ribu jilid dalam puluhan ribu judul.  Sehingga upaya pengkajian al-Qur’an dalam rangka pemahaman, telah melahirkan beragam disiplin keilmuan, seperti al-fiqh, at-tafsir, kalam, filsafat, tasawuf, sejarah, etika, dan seterusnya. sehingga realitas tersebut merupakan bukti terhadap apa yang telah difirmankan oleh Allah SWT:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ`
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS al-Qomar (54): 17).

e.   Al-Qur’an berfungsi sebagai nasikh, Muhaimin, mushadiq dan mukmil terhadap kitab-kitab sebelumnya.
Sebagai nasikh artinya bahwa al-Qur’an berfungsi sebagi penghapus terhadap segala ketentuan yang ada dalam kitab sebelumnya. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam kitab sebelumnya digantikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an.

Sebagai muhaimin artinya bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai penguji validitas kitab-kitab yang ada sebelum al-Qur’an. Betul tidaknya kitab suci sebelum al-Qur’an di dasarkan dari informasi-informasi yang ada di dalam al-Qur’an. Sehingga manakala ajaran-ajaran kitab sebelum al-Qur’an tidak sejalan dengan al-Qur’an, maka ajaran tersebut tidak bisa di terima, dan dinyatakan sebagai salah.

Sebagai Mushadiq artinya bahwa al-Qur’an berfungsi untuk membenarkar sebagaian dari informasi-informasi yang ada dalam kitab terdahulu. Karena memang al-Qur’an diturunkan oleh allah sebagai wahyu terakhir yang juga sekaligus menampung berbagai informasi dan juga ajaran dari kitab-kitab suci sebelum al-Qur’an.

Sebagai mukmil artinya bahwa al-Qur’an itu berfngsi menyempurnakan ajaran Allah swt yang telah diturunkan dalam kitab-kitab terdahulu dan  melengkapinya dengan ajaran-ajaran baru yang relevan dengan perkebangan peradaban dan kebutuhan umat manusia.

f.        Al-Qur’an berfungsi sebagai Mukjizat bagi nabi Muhammad SAW
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW disamping berfungsi sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia, tetapi juga berfungsi sebagai mukjizat bagi nabi Muhamad SAW itu sendiri. Al-Qur’an sebagai mukjizat digunakan dalam rangka untuk melemahkan dan melumphkan musuh-musuh Allah yang mencoba untuk membangkang dan tidak mengakui kebenaran al-Qur’an.

Mukjizat al-Qur’an dapat dilihat dari kualitas bahasa dan juga kandungan isi al-Qur’an. Dari kualitas bahasa, al-Qur’an mempunyai nilai sastrawi yang sangat tinggi, baik dari pilihan kata, susunan kalimat, ayat dan juga surat al-Qur’an. Yang pada masa awal kemunculan dan penyebaran Islam, digunakan oleh nabi untuk menantang para pujangga dan penyair Arab waktu itu untuk membuat yang semisal dengan al-Qur’an, dan atau sepuluh surat dari al-Qur’an, dan atau satu surat dari al-Qur’an, dan atau bahkan satu ayat saja dari al-Qur’an. Dan terbukti bahwa para penyair dan juga para sastrawan Arab tidak mampu untuk membuat atau menyamai yang semisal dengan al-Qur’an.

Demikian juga kalau dilihat dari segi isi kandungan al-Qur’an yang ternyata banyak proyeksi gagasan al-Qur’an yang sejalan dengan penemuan-penemuan ilmiah modern baik medis, arkiologi, pertanian, biologi, astronomi, ekonomi dan sebagainya.

Ini artinya kandungan al-Qur’an yang sejalan dengan pengatahuan modern, menunjukan suatu mukjizat. Dimana 14 abad yang lampau, Nabi SAW yang hidup jauh dari wawasan keilmuan modern, tetapi apa yang ada di dalam al-Qur’an sejalan dengan apa yang ditemukan oleh para ilmuwan modern.

a.     Seorang muslim berkewajiban beriman kepada seluruh kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebelum al-Qur’an, terutama yang dinformasikan secara eksplisit dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Hanya saja keimanan seorang muslim, sebatas kepada kepercayaan bahwa kitab-kitab tersebut pernah diturunkan oleh Allah, tetapi tidak terikat dan tidak boleh beramal dengan kitab-kitab tersebut. Karena dalam perspektif Islam, kitab-kitab tersebut telah mengalami pemalsuan, dan kitab yang asli sudah tidak ditemukan lagi.
b. Seorang wajib beriman kepada al-Qur’an baik dari segi keberadaanya, maupun isi kandunganya. Sehingga seorang muslim wajib berkeyakinan, beramal, berprilaku sesuai dengan petunjuk-petunjuk al-Qur’an.

REFERENSI
Agustinus Sriurip Ragil Wibawa, Muhammad dalam Taurat dan Injil, Yogyakarta: Tajidu Press, 2005.
Yunahar Ilyas, H, Lc, Drs, MA, Dr., Kisah Para Rasul AS: Tafsir al-Qur’an Tematis, Cet. 1, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2006.

No comments: