KEHIDUPAN NABI SAW SAAT KECIL HINGGA AWAL KENABIAN


Agus Miswanto
(Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kab Magelang)
Disampaikan pada pengajian Ahad pagi PCM Kajoran pada 08 Desember 2019, di Masjid al-Jihad SMP Muhammadiyah Sambak, Kajoran.

QS al-Dhuha: 1-11
وَالضُّحَىٰ ﴿١﴾ وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ ﴿٢﴾ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ ﴿٣﴾ وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ ﴿٤﴾ وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ ﴿٥﴾ أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ ﴿٦﴾ وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ ﴿٧﴾ وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ ﴿٨﴾ فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ ﴿٩﴾ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ ﴿١٠﴾ وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (1) dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (2) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (3) Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (4) Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (5) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (6) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (8) Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. (9) Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. (10) Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (11)

A.    WAKTU YANG BERMAKNA
Allah SWT bersumpah dengan waktu pagi dan malam yang menunjukan bahwa waktu merupakan sesuatu yang penting dan bernilai bagi kehidupan manusia. Dalam QS al-naba’ [78]: 10-11, Allah menerangkan bahwa siang menunjukan aktivitas kehidupan (معاشا), sementara malam mrupakan waktu untuk istirahat dan munajat kepada Allah SWT (لباسا). Siang merupakan symbol terang, cahaya, dan dinamika, sementara malam merupakan symbol kegelapan, ketidaktahuan, dan statis (istirahat). Perbedaan dua waktu siang dan malam yang disebut secara bersamaan menunjukan bahwa kehidupan itu senantiasa silih berganti, dan warna kehidupan juga beragam; ada yang mendapat cahaya dan ada yang mengalami kegelapan. Allah SWT memberitahukan kepada Nabi SAW tentang tantangan dakwah yang beragam, ada yang menerima dengan baik yang disimbolkan dengan waktu pagi yang cerah, dan juga ada yang menolak yang disimbolkan dengan malam yang gelap.
Walaupun dakwah yang dilakukan oleh Nabi akan mendapatkan tantangan yang beragam, tetapi Allah SWT akan terus membersamai Nabi, tidak akan sekali-kali meninggalkanya, apalagi membencinya. Wahyu yang terputus beberapa saat, tidak menyapa nabi, bukan berarti Allah SWT telah meninggalkan Nabi SAW, tetapi memberikan kesempatan kepada nabi untuk terus merenungkan tugas dakwah yang akan diembanya kedepan. Dan tugas dakwah itu adalah mengigatkan kepada manusia bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dari kehidupan dunia. Karena kehidupan akhirat merupakan dan tempat tinggal akhir bagai manusia, sementara dunia hanyalah kehidupan transit yang bersifat sementara. Oleh karena itu ketika manusia mengutamakan akhirat, Allah SWT akan memberikan anugerah nikmat dan ridha-Nya.  

B.    NABI YANG YATIM
Husain Haekal menceritakan dalam bukunya, Hayatu Muhammad, bahwa Nabi SAW ditinggal ayahnya ketika beliau masih dalam kandungan ibunya, Aminah binti Wahab. Setelah lahir beliau di dalam asuhan Halimah, seorang wanita badui yang sangat baik merawat beliau, hingga umur 5 tahun. Dalam pengasuhan Halimah inilah, nabi SAW mendapatkan basyarat (tanda kenabian) pertamanya dimana beliau mengalami pembedahan dada untuk pembersihan ruhani oleh Malaikat Jibril (QS al-Insyirah [94]: 1). Peristiwa yang kemudian membuat khawatir Halimah yang kemudian mengantarkan beliau kembali ke pangkuan Ibundanya. Kemudian diasuh oleh ibunya sampai umur 6 tahun, yang kemudian meniggal pada saat pulang ziarah dari Madinah. Kemudian nabi SAW diasuh oleh Kakeknya, Abdul Muthalib sampai umur 8 tahun. Setelah kakeknya meninggal kemudian pengasuhan diteruskan oleh pamanya, Abu Thalib. Dibawah asuhan Abu Thalib inilah Nabi SAW banyak belajar sebagai pengembala kambing dan berdagang (QS Quraisy [106]: 1-4). Pengembalaan kambing dilakukan untuk keluarganya maupun milik penduduk Mekah, sementara berdagang dilakukan dengan pamanya ke Syam dari mulai berumur 12 tahun, kemudian berdagang  dengan jalan syirkah (berkongsi) dengan Khadijah ketika berumur sekitar 23 tahunan.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ (رواه البخاري)
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melaikan dia mengembalalan kambing.” Para sahabat bertanya, “Termasuk engkau juga?” Maka nabi Muhammad menjawab, “Ya, aku pun mengembalakanya dengan upah beberapa qirat (keping dinar) milik penduduk Makkah.” (H.R Bukhori)
Said Ramadhan al-Buthi, dalam bukunya Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah, menyebutkan ada tiga hikmah dan pelajaran di balik profesi yang digeluti Nabi Muhammad SAW yang secara tidak langsung turut membentu kepribadian dan cara berpikir beliau; Pertama, berdagang dan menggembala melatih karakter Nabi Muhammad SAW. Dalam menggembala dan berdagang Nabi Muhammad SAW melatih kesabarannya, kejujurannya dan komitmennya terhadap tanggung jawab yang dipikulnya. Kedua, pasar dan gembala adalah miniatur kehidupan tempat Nabi Muhammad berlatih menghadapi ragam karakter manusia. Ketika menggembala, Nabi Muhammad mengurusi kambing dan sapi; dua mahluk yang tidak memiliki akal sebagaimana manusia dan melatih dirinya untuk bisa mengatur serta mengarahkan mereka. Di dalam berdagang, di pasar dan tempat-tempat lainnya, Nabi Muhammad SAW menyaksikan tabiat, kebiasaan dan ragam kepribadian manusia. Pengetahuan tentang sifat asli manusia kelak membantu Nabi Muhammad dalam merumuskan satu metode dakwah yang tepat.

C.    KETERCUKUPAN DAN BIMBINGAN
Nabi SAW dilahirkan dari keluarga yang sederhana, tetapi mulia di mata orang-orang Quraisy. Dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, Abdullah bin Abdul Muthalib ayahanda Nabi SAW, merupakan orang yang tidak berpunya. Tetapi ditengah keterbatasan itu, Allah SWT mencukupkan dan memuliakan Nabi SAW. Bahkan kehadiran Nabi SAW menjadi berkah bagi keluarga dimana Nabi tinggal. Saat disusukan ke Halimah, keluarga ini mendapatkan limpahan rizki yang terus mengalir, demkian halnya pamanya, Abu Thalib.
Dalam episode kehidupan beliau, Nabi SAW sempat mengalami kebingungan (dhall) yang disebabkan oleh beberapa hal. Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, menceritakan beberapa peristiwa yang menjadikannya Nabi SAW sempat mengalami kebingungan, pertama: Nabi pernah tersesat di lereng-lereng pengungungan Mekah saat mengembalakan kambing pada waktu masih kecil. Dengan kecerdasan yang beliau miliki, nabi SAW dapat pulang kembali ke rumahnya dengan selamat. Kedua: Nabi SAW pernah tersesat jalan bersama pamannya saat dalam perjalanan menuju Syam untuk berniaga. Imam al-Baghawi dalam tafsirnya ma’alim al-tanzil, menceritakan bahwa pada saat mengendarai unta di tengah malam yang gelap, jalan Nabi SAW digangu oleh Iblis sehingga perjalanannya tidak lagi pada jalur yang benar. Pada saat itulah, Nabi SAW diberikan pertolongan oleh Allah SWT dengan dikirimya malaikat Jibril untuk meniup Iblis yang mengganggu jalan nabi itu, sehingga Iblis terpental sampai ke negeri Habasyah. Ketiga: Nabi SAW mengalami kebingungan terkait dengan kondisi umat yang melakukan penyembahan kepada berhala, yaitu tuhan-tuhan palsu. Kemudian Allah SWT memberikan penerangan ruhani berupa wahyu.
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٥٢﴾
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS al-Syura[42]:52)  

D.    TAHADUTS BI AL-NI’MAH: MENOLONG ANAK YATIM DAN ORANG MISKIN
Nikmat allah SWT yang besar berupa wahyu, agama Allah SWT lurus berpihak pada orang-orang yang lemah yang tidak memiliki akses ekonomi, social, politik. Anak-anak yatim dan fakir miskin merupakan kelompok orang yang harus mendapatkan pengawalan sehingga mereka nantinya bisa hidup mandiri dan dapat menunaikan kewajiban agamanya dengan sempurna. Di dalam QS al-Fajr: 17 Allah akan memberikan azab kepada orang yang tidak memuliakan anak yatim. Dalam QS al-An’am: 152 dan QS al-Isra: 34, Allah melarang menggangu harta benda anak-anak yatim. Sementara dalam QS al-Dhuha: 9 Allah melarang perbuatan sewenang-wenang, dan Dalam QS al-Ma’un: 2 Allah mencela orang yang menghardik anak yatim.
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ ﴿البقرة: ١٧٧﴾
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.  (QS AlBaqarah: 177)

No comments: