Oleh:
Agus Miswanto, MA
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya wajib diimani, diyakini, dan diamalkan.
Akal fikiran sama sekali bukan sumber aqidah Islam, tetapi merupan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiyah kebenaran yang disampaikan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemapuan semua makhluk Allah. Akal tidak akan mampu menjangkau masa’il ghaibiyah (masalah-masalah ghaib), bahkan akal tidak akan sanggup menjangkau sesuatau yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Misalnya, akal tidak mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan kekekalan itu samapi kapan kapan? Atau akal tidak sanggup menunjukan tempat yang tidak ada di darat atau di laut, di udara dan tidak dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu. Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa risalah tentang hal-hal ghaib itu bisa dibuktikan secara ilmiyah oleh akal fikiran.
Berkenaan dengan peneyelidikan akal untuk menyakini aqidah Islam, terutama yang berkenaan dengan hal-hal ghaib di atas, manusia dipersilahkan untuk mengarahkan pandangan dan penelitianya kepada alam semesta ini, di bumi, di langit, dan rahasia-rahasia yang terseimpan pada keduanya. Manusia diperintahkan untuk memperhatikan bagaimana langit ditegakan tanpa tiang seperti yang kita lihat, dan bumi dihamparkan dan dibangun dengan suasana yang teratur dan teguh dalam sebuah system yang saling berjalin berkelindan. Penyelidikan akal yang mendalam pasti akan mengatakan dan meyakinkan, bahwa alam ini mustahil tercipta dengan sendirinya dan timbul karena kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain, seperti keyakinan dalam naturalisme.
Penyelidikan akal secara cermat dapat melahirkan pengakuan mutlak bahwa semua alam semesta yang teratur, rapi, dan berjalan menurut hukum yang tetap dan tak berubah-ubah mensyaratkan ada penciptanya, pengatur dan pemeliharanya. Oleh karena itu, al-qur’an berkali-kali menganjurkan dan memberikan petunjuk ke arah penyelidikan dalam menetapkan aqidah dengan cara demikian. Lihat firman Allah QS Al-baqarah:164.
No comments:
Post a Comment