Oleh:
Agus Miswanto, MA
Di
dalam al-Qur’an, kitab suci disebut dengan beberapa nama, yaitu: kitab (kutub),
shuhuf (shahifah) dan Zabur (zubur), Injil, Taurat, dan al-Qur'an. Sementara untuk nama-nama kitab suci yang diberikan kepada nabi sebelum Nabi Muhammad adalah suhuf, zabur, taurat, dan injil.
1)
Kitab
Secara
etimologis kata kitab adalah bentuk masdar dari kata ka-ta-ba
yang berarti menulis. Setelah menjadi masdar berarti tulisan, atau yang
ditulis. Bentuk jamak (plural) dari kitab adalah kutub.
Dalam bahasa Indonesia, kitab berarti buku. Secara teminologis yang dimaksud
dengan kitab (al-kitab, kitab allah, al-Kutub, Kitab-kitab allah)
adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada para nabi dan
rasul-Nya.
Sementara
kata al-kitab di dalam al-qur’an dipakai untuk beberapa pengertian:
a. Menunjukan
semua kitab suci yang pernah diturunkan kepada para nabi dan rasul termasuk
al-qur’an.
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…”. (QS
al-baqarah (2): 177).
b. Menunjukan
semua kitab suci yang diturunkan sebelum al-qur’an.
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلًا قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ`
“Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang
dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku
dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab" (Kitab-kitab suci
sebelum al-Qur’an).” (QS ar-Ra’d (13): 43).
c. Menunjukan
kitab suci tertentu sebelum al-Qur’an, misalnya Taurat:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى
الْكِتَابَ`
Dan
sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, (QS
al-Baqarah (2): 87).
d. Menunjukan
kitab suci al-Qur’an secara khusus:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ`
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”. (QS al-baqarah (2): 2).
2)
Shuhuf
Shuhuf,
bentuk jamak dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk
menunjukan kitab-kitab suci sebelum al-qur’an, khususnya yang diturunkan kepada
nabi Ibrahim dan nabi Musa AS. Lihat QS al-A’la(87): 18-19. Di dalam al-Quran
80: 13 dan 98: 2, al-Qur’an juga disebut shuhuf. Kata shahifah
berasal dari kata shahf, artinya sesuatu yang dibentangkan. Mushhaf
artinya kumpulan lembaran-lembaran yang ditulis, al-Qur’an disebut pula mushhaf.
3)
Zabur
Di
samping al-kitab dan Shuhuf, untuk menunjukan kitab suci yang diturunkan
Allah kepada para nabi dan rasul-Nya, al-qur’an juga menyebut istilah lain yang
juga untuk menunjuk kitab suci, yaitu: Zubur bentuk jamak (plural)
dari Zabur sebagaimana yangdiuraikan dalam QS 26: 196; 54: 43 dan
sebaginya. Kata Zabur tercantum tiga kali dalam al-Qur’an yang dua kali
sehubungan dengan kitab suci Nabi Daud: “Dan kepada Daud kami berikan Zabur
(kitab suci)” (QS An-Nisa’ (4):163; 17: 55) dan yang satu lagi merupakan
satu kutipan dari al-Zabur: “Dan sesungguhnya telah kami tulis dalam kitab
(al-zabur) setelah peringatan, bahwa hambaKu yang salih akan mewarisi bumi”
(21:105). Kata Zabur berasal dari
kata za-ba-ra, artinya ia menulis dengan tekun dan rajin, ia mengukir
tulisan pada batu. Adapun zabur artinya karangan atau buku, dan kitab nyanyian
Nabi Daud, ini dinamakan al-Zabur.
Zabur
atau Mazmur, kitab Perjanjian lama, merupakan himpunan seratus lima puluh puisi
dan banyak di antaranya dianggap sebagai ciptaan Daud AS. Beberapa sajak
diantaranya disebut Mazmur yang berarti penyesalan atau tobat dan lainya
disebut Zabur yang menyatakan kesadaran pengarang akan kehadiran Tuhan. Kitab
zabur tidak mengandung hukum-hukum syara’, karena nabi Daud diperintahkan
mengikuti syariat yang dibawa Nabi Musa AS. Kata zabur dinyatakan dalam kamus
Arab al-Munjid jamaknya adalah
zubur yang memiliki arti kerajaan/kekuasaan dan kitab. Al-qur’an menyinggung
masalah zabur ini dalam QS an-Nisa’ (4): 163, al-Isra’ (17): 55, Al-Anbiya’
(21): 105, Ali Imron (3): 184, dan QS Fathir (35): 25.
Zabur
diterjemahkan sebagai psalms dan zubur diterjemahkan dengan Scripturs.
Yusuf Ali menerjemahkan zabur dengan psalms dan zubur dengan book of
dark prophecies. Sedangkan Muhammad Marmaduke Pickthall menerjemahkan zabur
dan zubur dengan makna yang sama yaitu psalms. Psalms adalah
suatu bagian dari kitab Perjanjian lama (Old Testaments). Disamping kata
psalms untuk pengertian kata zabur, dikenal pula istilah mazmur.
Penggunaan zabur didasarkan atas keserupaannya dengan suara dalam bahasa Ibrani
Mizmor, bahasa Syiria kuno Mazmor, dan bahasa Ethiopia Mazmur, dan dalam
analogi bahasa Arab Zabur.
Daud
diberi zabur, psalter atau psalms, dimaksudkan untuk dinyanyikan
memuji Tuhan dan mengagungkan pujian kepada-Nya. Dan psalms masih ada,
walaupun bentuknya yang sekarang kemungkinan besar berbeda dari aslinya. Sha’bi
mengatakan bahwa zabur adalah kitab Daud dan al-Zikr adalah Kitab Musa.
Al-Quran dan Terjemahanya oleh Departemen Agama memberikan penafsiran yang
beragam tentang Zabur dan Zubur. Pada note 974 misalnya, Zabur disebut sebagai
“seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir
mengartikan zabur dengan “kitab yang diturunkan kepada nabi Daud AS”. Sedangkan
untuk Zubur dalam QS Ali Imron (3): 184 diberi catatan kaki nomor 256 yaitu:
“Zabur ialah lembaran-lembaran yang berisi wahyu yang diberikan kepada
nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw yang isinya mengandung hikmah-hikmah.
Sedangkan untuk catatan kaki nomor 257 disebutkan bahwa: “yakni, kitab-kitab
yang diturunkan kepada nabi-nabi yang berisi hukum syara’ seperti: Taurat,
Injil dan Zabur.
Dari
berbagai pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa zabur atau
psalms atau mazmur adalah sesuatu yang berhubungan dengan Nabi Daud AS. Yang
merupakan nyanyi-nyannyian atau puji-pujian untuk Allah, wahyu yang diturunkan
kepada Daud sesudah Taurat. Sedangkan Zubur adalah kitab-kitab suci (scripturs)
4) Taurat
Kata
Taurat di dalam al-qur’an disebut sebanyak 15 kali, yaitu QS Ali Imron (3): 3,
50, 65, 93, Al-Maidah: 43, 44, 46, 66, 68, Al-A’raf: 157, at-Taubah: 111,
al-fath: 29, al-Shaff: 6, dan al-Jumuah: 5. Taurat (taurah), kitab suci atau
himpunan ajaran Tuhan yang diwahyukan kepada nabi Musa AS yang hidup di Mesir,
Madyan dan Sinai sekitar abad ke –14 SM. Dalam keyakinan Islam, Taurat yang
diturunkan kepada Musa AS, sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sudah tidak asli
lagi.
Sementara
Taurat (Perjanjian Lama) yang ada sekarang adalah merupakan himpunan kitab atau
fasal yang ditulis selama lebih dua abad setelah musnahnya teks asli pada zaman
Nebukadnezar, yang ditulis kembali berdasarkan ingatan semata oleh seorang
pendeta Yahudi yang bernama Ezra dan dilanjutkan oleh pendeta-pendeta Yahudi
atas perintah Raja Persia, Cyrus pada
tahun 538 SM.
Dalam
perjanjian lama terdapat Taurat (bahasa Semit) yang dalam bahasa latin disebut
Pentateuque yang artinya kitab yang terdiri dari lima bagian: Kejadian,
Keluaran, Imamat Orang Levi, Bilangan dan Ulangan. Sementara sumber perjanjian
lama adalah dokumen Yahwist (Tuhan disebut Yahweh), Eloist (Tuhan disebut
Eloim), Deuteronomy (Kitab Ulangan), dan Code Sekerdotal (hukum-hukum para
pendeta).
Pada
abad ke-3 SM sedikitnya ada tiga teks Ibrani, yaitu teks Messorethique, teks
yang dipakai untuk terjemahan Yunani dan teks kitab Taurat Samaria. Terjemahan
ke dalam bahasa Yunani dinamakan Septante dengan mengambil manuskrip (tulisan
tangan) yang dinamakan Codex Vaticanus (disimpan di Vatican) dan Codex
Sinaiticus (dari Sinai, sekarang disimpan di British Museum, London). Sedangkan
terjemahan kedalam bahasa Latin dilakukan pada abad V M, dan dinamakan Vulgate.
Selain itu masih ada lagi terjemahan lain, misalnya: terjemahan Aramaik,
Syiriak, dan Arab.
Perjanjian
lama terdiri atas 39 Kitab: Taurat Musa, Kitab Nabi-Nabi dan Mazmur. Isinya
adalah pesan-pesan Ilahi kepada kaum Yahudi.
5) Injil
Kata
Injil di dalam al-Qur’an disebut sebanyak 12 kali, yaitu: QS Ali Imron (3): 3,
48, 65, Al-Maidah: 46, 47, 66, 110, al-A’raf: 157, At-taubah: 111, al-Fath: 29,
dan al-Hadid: 27. Injil, kitab suci atau himpunan ajaran Tuhan yang diwahyukan
kepada Nabi Isa AS yang hidup di Kan’an abad ke-1 SM. Dalam keyakinan Islam,
Injil yang asli (Injil Nabi Isa AS, Injil Jesus) sudah tidak dapat dijumpai
lagi.
Sementara
Injil yang ada sekarang merupakan fabrikasi (pemalsuan) dari orang-orang yang
mengaku menganut Yesus belakangan. Injil-injil tersebut belakangan lebih
dikenal dengan kitab perjanjian baru dan menjadi bagian kedua dari Bibel.
Perjanjian baru terdiri dari 27 kitab, dengan empat kitab pertama yang disebut
Injil yang dalam bahasa Latin disebut I’Evangile yang artinya berita gembira.
Walaupun pada awalnya terdapat sekitar dua ribu injil namun dengan
diselenggarakannya Concili Nicea tahun 325 M, yang dipimpin oleh Kaisar
Konstantin menyepakati bahwa Injil yang dipakai cukup empat (yang katanya
mendapat persetujuan atau dipilih Tuhan).
Adapun
cara pemilihan injil-injil tersebut menggunakan cara-cara yang sangat tidak
masuk akal. Jelas terpengaruh dengan ketakhayulan warisan Bizantium dan
Hellenisme. Pemilihan ini berlangsung selama Konsili Nicea yang dihadiri oleh
delegasi dari gereja-geraja yang berlainan di kawasan Mediteran. Dalam konsili
ini ‘telah disetujui’ bahwa semua injil yang berbeda-beda, diletakan di atas
sebuah meja di ruangan Konsili. Semua orang diminta meninggalkan ruangan
tersebut dan pintunya dikunci. Semua uskup diminta berdoa sepanjang malam
supaya versi kitab yang benar akan tetap berada di atas meja tersebut. Pada
keesokan paginya, didapati hanya empat injil berada dengan elok di atas meja.
Lainya pindah ke bawah meja. Ini dianggap injil-injil yang dipilih langsung
oleh Tuhan. Empat injil tersebut adalah karangan Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes, yang ditulis antara tahun 70 M-110 M. Keputusan dibuat, semua injil
yang berada dibawah meja kemudian dibakar.
Dan
sejarah menunjukan, bahwa ternyata keempat pengarang injil tersebut yang
diyakini orang Kristen sebagai murid-murid Yesus, ternyata bukanlah murid-murid
Yesus dan bukan saksi mata yang menyaksikan kehidupan Yesus secara langsung.
Tapi orang-orang romawi yang menulis untuk komunitas mereka yang nota bene
penyembah berhala (pagan).
Perlu
diingat bahwa bukti-bukti tentang adanya Injil-injil terjadi pada pertengahan
abad ke-2 M, tepatnya sesudah tahun 140 M, sedangkan surat-surat Paulus sudah
dikenal di masyarakat sejak permulaan abad ke-2 M. Artinya masyarakat lebih
dahulu mengenal surat-surat paulus ketimbang Injil.
No comments:
Post a Comment