Oleh:
Agus Miswanto, MA
A.
Pengertian
Nabi Dan Rasul
Secara etimologis
kata nabi berasal
dari kata na-ba artinya
ditinggikan, atau dari kata na-ba-a artinya berita. Dengan demikian seorang
nabi adalah orang yang ditinggikan derajatnya oleh allah swt dengan
memberikanya berita (wahyu). Sementara rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus.
Setelah dibentuk menjadi rasul berarti yang diutus. Dengan demikian seorang
rasul adalah seseorang yang diutus oleh allah swt untuk menyampaikan misi,
pesan (ar-risalah)
Secara terminologis nabi
dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh allah swt untuk
menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikannya atau
membawa satu misi tertentu, maka ia disebut nabi saja. Namun bila diikuti
dengan kewajiban menyampaikan atau membawa misi (ar-risalah) tertentu maka dia
disebut (juga) dengan rasul. Jadi setiap rasul adalah nabi, tetapi tidak setiap
nabi menjadi rasul.
B.
Kebutuhan
Manusian Kepada Rasul
Iman kepada rasul
menempati urutan keempat rukun iman, sebagai bagian dari ma’rifatul wasithah (perantara)
di antara Allah dan manusia. Pada hakekatnya, manusia diciptakan Allah dalam
keadaan dhaif (lemah).
Kelemahan manusia membuatnya membutuhkan orang yang dapat memberikan bimbingan
ke arah yang benar. Sepanjang sejarah manusia, Tuhan selalu mengutus para rasul
untuk memimpin dan membimbing manusia ke jalan yang benar, karena itu, setiap
umat diutus kepada mereka seorang rasul yang berfungsi memberikan peringatan
(QS father(35): 24). Muhammad Abduh memberikan ilustrasi kedudukan nabi
bagaikan kedudukan akal bagi setiap manusia.
Sejalan dengan
penjelasan di atas, dalam Islam, iman kepada rasul-rasul Allah adalah suatu
kewajiban yang tidak dapat dipisahkan dari seorang muslim. Oleh karenanya, taat
kepada rasul ditempatkan pada peringkat kedua setelah taat kepada Allah. Hal
ini memberi arti bahwa iman atau taat kepada rasul sama dengan iman dan taat
kepada Allah (QS an-Nisa (4): 80).
Manusia dengan segala
perangkat dan sifat kelemahan yang dimilkinya tidak mampu memahami tuntutan
dari ayat-ayat Allah tanpa ada bimbingan dari para rasul, sebab manusia tidak
mampu langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada sifat-sifat kekhususan yang
dimilikinya. Ketidakmampuan tersebut membutuhkan orang-orang yang mampu
menjembatani antara Allah dan manusia, untuk menerjemahkan segala perintah dan
larangan Allah yang harus ditaati atau ditinggalkan. Oleh sebab itu, rasul
dapat dikatakan sebagai duta-duta allah untuk menyampaikan dan menerangkan
ayat-ayat Allah kepada manusia. Rasul adalah yang mewakili kekuasaan tertinggi
di bidang perundang-undangan dalam kehidupan manusia.
Keterbatasan manusia
menyebabkanya tidak mampu mengetahui hakekat ajaran Tuhan yang sebenarnya, tanpa
ada seorang manusia pilihan (nabi atau rasul) yang mampu memberikan penjelasan
dan penafsiran tentang wahyu Allah, sebagai kebenaran yang langsung disampaikan
Tuhan kepada salah seorang dari hamba-Nya. Dengan perkataan lain, wahyu terjadi
karena adanya komunikasi antara Tuhan dan manusia. Sedangkan komunikasi
tersebut bisa terjadi bila manusia memiliki sifat istimewa, dan sifat tersebut
hanya dimilki oleh rasul-rasul.
No comments:
Post a Comment